Halaman

21 November 2010

Kisah Pilu Seorang Ibu

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan curahan hati seorang ibu. Saya sengaja menuliskannya disini untuk menjadi hikmah bagi kita semua.
Saya mengenal seorang ibu, Ibu ini memiliki kehidupan yang sederhana. Namun, dibalik kesederhanaannya, beliau bisa menghasilkan anak-anak yang berprestasi dan membanggakan. Anak-anak beliau memiliki kehidupan yang mapan dan karir yang bagus. Tetapi, beliau tetap dalam kesederhanaannya, hidup menyendiri di rumah tuanya dan tidak ingin menyusahkan anak-anaknya.
Ibu ini aktif dalam beberapa organisasi. Ia juga berpikiran terbuka dan lantang dalam menyampaikan pikirannya.
Suatu hari, si ibu memiliki suatu hasrat. Ada sesuatu yang beliau inginkan. Namun, beliau tidak bisa memilikinya. Maka, ia minta tolong pada salah satu anaknya agar dapat membantunya mendapatkan apa yang beliau inginkan. Anaknya itu tidak bisa membantu. Si anak juga mengatakan bahwa lebih baik tidak usah saja karena si anak juga tidak membeli barang tersebut. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, tetapi sempat terjadi perselisihan saat itu (menurut cerita si ibu). Perselisihan kecil memang.
Keesokan harinya, si ibu mendatangi si anak. Si ibu melihat bahwa si anak ternyata membohonginya. Si anak jadi membeli barang tersebut tanpa mengatakan kepada si ibu.
Si ibu agak kecewa karena anaknya sendiri mengatakan tidak akan membeli barang itu sebelumnya. Kemudian, timbul masalah-masalah lainnya. Hingga suatu hari si ibu menangis terisak-isak setelah berselisih dengan anaknya. Si ibu bercerita bahwa anaknya, anak yang telah dibesarkannya, telah membentak dirinya. Si ibu juga mengatakan betapa sakit hatinya mendengar kata-kata anaknya itu. Beliau bercerita sambil menangis terisak-isak. Beliau bercerita tentang kehidupan si anak dari masa kecilnya dan pengorbanan yang telah beliau lakukan untuk anak-anaknya. Namun ternyata, setelah beliau tua, setelah anak-anaknya sukses, perlakuan itu yang diterima oleh beliau.
Saya tidak bisa menghakimi si anak karena saya tidak tahu bagaimana ceritanya dari versi si anak. Tetapi, saya sempat membayangkan jika itu terjadi pada ibu saya. Jika suatu saat, walau tanpa sengaja, saya membuat ibu saya menangis dan kecewa, alangkah celakanya hidup saya. Saya pun sempat menitikkan air mata pada saat mendengar cerita ibu tersebut karena saya juga membayangkan hal yang sama terjadi pada ibu saya.
Sungguh, alangkah celakanya seorang anak jika ia sampai membuat hati orangtuanya terluka. Apalagi hati seorang ibu, ibu yang membesarkannya! Bahkan, dalam Islam pun diajarkan kepada kita untuk menghormati orangtua, terutama ibu. Ingat pertanyaan seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Muhammad, “siapa yang harus kita hormati di dunia ini ya Rasulullah?”
Nabi pun menjawab, “Ibu”
Nabi menjawab seperti itu sebanyak 3 kali, baru kemudian Nabi mengatakan “ayah”.
Dan di agama dan kepercayaan apapun, saya yakin, kita diharuskan untuk hormat kepada orangtua, menjaga perasaan mereka, dan tidak berkata-kata kasar kepada mereka. Bahkan di dalam Islam, mengatakan “hah” saja kepada orangtua dilarang.
Saya tahu, saya juga pernah menyakiti hati orangtua saya, saya juga pernah membuat ibu saya menangis dan kecewa. Namun, saya amat sangat berharap agar kejadian itu tidak pernah terulang lagi. Dan jika nanti Allah menguji saya dengan ujian kesuksesan, saya berharap agar Allah tetap menjaga kepala saya tetap tunduk di hadapan orangtua saya. Saya ingin, sampai kapan pun saya tetap bisa menjadi anak yang dibanggakan orangtua saya dan tidak pernah menyakiti hati dan perasaan mereka sedikit pun.
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Tapi saya berharap, cerita ini bisa jadi pembelajaran bagi kita semua. Pembelajaran bagi saya juga dan pengingat agar tidak pernah sedetik pun kita berkata kasar atau membentak orangtua kita. Agar kita senantiasa menjaga perasaan mereka. Apalagi di masa tua mereka.
Tadi saya juga sempat melihat satu acara di salah satu stasiun televisi. Di acara itu, ada seorang artis yang curhat mengenai perasaannya kepada ibunya. Namun, kini ibunya telah tiada. Saya bayangkan, andai ibu saya yang tiada, bagaimana perasaan saya?
Saya tidak tahu apakah saya akan cukup kuat menjalani hidup ini jika ibu yang amat sangat saya cintai pergi menginggalkan saya. Bahkan, saya pernah bermimpi seperti itu sebelumnya. Tiga kali. Sehingga tanpa sadar, saya menangis dalam tidur saya. Bahkan, saat terbangun dan sadar itu cuma mimpi, tangis saya tak bisa berhenti. Saya nggak bisa membayangkan hidup saya tanpa seorang ibu.
Saya beruntung karena hingga usia ke 22 ini, saya masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa merasakan kasih sayang orangtua saya. Namun, banyak kesalahan yang saya lakukan. Banyak kesempatan yang saya lewatkan untuk membuat orangtua saya bangga, menyenangkan hati mereka dan membalas jasa mereka. Bagaimana jika maut itu datang sebelum saya sempat membahagiakan orangtua saya?
Sudah banyak orang-orang yang bersedih karena harus berpisah dengan orangtuanya. Sudah banyak orang yang kecewa karena belum sempat membahagiakan orangtuanya sebelum orangtua mereka pergi untuk selama-lamanya.
Bagaimana dengan anda? apakah orangtua anda masih ada? Apakah sudah ada sesuatu yang bisa anda berikan kepada orangtua anda? Apakah anda sudah membahagiakan orangtua anda? Apakah anda ingin merasakan penyesalan yang mendalam saat anda ingin melakukan itu semua tetapi orangtua anda telah pergi? Bersyukurlah kawan karena anda masih diberi kesempatan untuk melalui hari bersama orangtua anda. Manfaatkanlah kesempatan ini karena kita tidak tahu sampai kapan kita bisa merasakan kasih sayang mereka dan sampai kapan kita mempunyai waktu untuk membalas jasa mereka. Jangan sampai kita menyesal kemudian.
Untuk saudaraku yang telah ditinggalkan oleh orangtuanya, jangan bersedih. Berdoalah semoga Allah memberikan yang terbaik untuk almarhum/ah orangtua anda. Semoga semua kesalahan dan kekhilafan mereka diampuni oleh-Nya.
Mari lakukan yang terbaik untuk orangtua kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih ya karena sudah berkunjung dan memberi komentar di postingan ini ^_^

Oiya, kalau kamu ingin berkomentar, tapi nggak punya akun blogger, kamu bisa pilih openID, ntar bisa masukin link email ato URL kamu lainnya. Lalu, kasi komentar deh :)