Lika-Liku Kehidupan

 Coba bayangkan kalau misalnya permukaan bumi rata, tanpa ada lekuk, sungai, laut, bukit, gunung, dsb. Mungkin akan terlihat membosankan. Tidak ada perbedaan dan mungkin nggak akan ada tempat wisata alam karena toh semua permukaan bumi sama saja.

Coba bayangkan kalau misalnya setiap jalan itu lurus aja terus tanpa ada belok-belok, nggak ada naik turunnya. Mungkin bosan jalaninnya. Bayangin juga kalau jalannya di pegunungan atau bukit, nggak boleh kelok-kelok jalannya, jadi dari bawah ke atas, lurusssss aja jalannya, begitu juga sebaliknya. Apa nggak ribet tuh menuju ke atas? Trus pas penurunan, jangan-jangan kendaraannya atau pejalan kakinya terjun bebas dari atas gunung/bukit. 

Kasian juga ya yang rumahnya nggak di tepi jalan. Orang jalan semuanya lurus aja. Kalau rumahnya dari jauh dari jalan, susah mau buat jalan karena jalan MISALNYA hanya boleh lurus aja. Mungkin terpaksa mutar jauh untuk bisa menuju kerumahnya. Yang jadi supir mobil atau pengendara mungkin bisa ngantuk di jalan apalagi kalau yang jalan malam dan jumlah kendaraan lumayan banyak. Justru dengan adanya belokan memberi keindahan tersendiri (kalau nggak kenapa dong kelok 9 begitu terkenal? walaupun memang kadang bosan ngeliat jalan yang banyak belokannya dan nanya dalam hati kenapa pemerintah nggak buat jalannya lurus aja? Jadi kan lebih cepat nyampe).

Atau coba bayangin kalau misalnya tubuh kita bentuknya rata aja dari atas mpe bawah tanpa ada lekuk-lekuknya. Alamat mirip deng semua orang karena bentuknya kotak semua. Susah bedain yang satu dengan yang lain.

Just believe that everything is worth enough. Setiap hal yang ada mengandung satu pembelajaran jika kita mau mengerti walaupun nggak selamanya hal tersebut mulus dan sempurna. Mungkin itu juga yang terjadi dengan kehidupan. Kadang senang, sedih, biasa aja, dsb. Tapi, ada hikmah yang terkandung di baliknya. Ada keindahan yang mungkin BELUM bisa kita lihat.

Kadang apa yang kita inginkan belum terwujud. Atau mungkin kita udah amat sangat berharap agar dianugerahi sesuatu tapi nggak kesampaian. Mungkin juga ada rencana atau hal yang teramat sangat ingin kita lakukan, tetapi karena satu dan lain hal belum bisa terlaksana. Apapun itu, apapun kendala yang kita hadapi, percayalah bahwa semuanya ada untuk memperindah hidup kita. Dengan semua kesulitan yang ada, bisa membuat kita belajar untuk lebih menghargai apa yang kita miliki. Dengan kesulitan yang ada bisa membuat kita lebih bersyukur dan berbahagia ketika akhirnya apa yang kita harapkan terwujud.

Seperti yang My Mom bilang (nasehatin diriku sih sebenarnya), kita nggak pernah tahu apa yang bakal kita alami. Jalani saja. Bersyukur jangan lupa. Tetapi tetap usahakan yang terbaik. Mungkin disaat kita merasa jatuh dan terpuruk, ketika itulah sebenarnya Allah memberi cobaan kepada kita karena Dia sayang kita. Dia ingin melihat sekuat apakah kita. Dia ingin melihat kita menjadi hamba yang kuat dan selalu berserah kepada-Nya.

Atau mungkin memang belum saatnya kita mendapat kepercayaan dari-Nya untuk menerima rezeki dan anugerah-Nya. Mungkin memang kitanya yang belum layak untuk menerimanya karena bergunung kesalahan dan dosa. Lalu, kenapa kita (minjam istilahnya Pak Mario Teguh) memantaskan diri kita untuk menerima anugerah itu? Perbaiki diri, jangan berhenti berusaha dan tetap tawakkal. Tetapi jika belum juga kesampaian dan kita sabar, maka tentunya Dia bisa menilai dan memberi imbalan yang pantas untuk kesabaran kita. Seenggaknya dalam Islam, bukankah Allah menyuruh kita untuk bersabar dan bersyukur? Tentunya jika kita menuruti perintah-Nya, Dia pun akan memberi balasan yang baik. Bukankah Dia sebaik-baiknya pemberi balasan? Walaupun mungkin bukan untuk di dunia, mungkin saja balasan itu akan di-pending hingga akhirat nanti toh kita nggak selamanya kan hidup di dunia?